Home / Seputar Jatim / Seminar Wanita DPW LDII Jawa Timur “Selamatkan Anak Kita Dari Pornografi Menjadi Generus Berprestasi”
Seminar Wanita DPW LDII Jawa Timur 2011
Seminar Wanita DPW LDII Jawa Timur 2011

Seminar Wanita DPW LDII Jawa Timur “Selamatkan Anak Kita Dari Pornografi Menjadi Generus Berprestasi”

Perkembangan internet membuat komunikasi kian tanpa batas, membuat manusia kian mudah menyelesaikan pekerjaannya. Namun di balik semua kemudahan itu, mudahnya akses ke internet membawa pula dampak buruk bagi anak-anak. Lantaran industri pornografi yang “dijual” melalui internet mudah pula diakses oleh anak-anak. Inilah yang mengharuskan para orang tua, untuk ekstra waspada agar anak-anak tidak mengakses konten yang berbau pornografi.

Untuk itu DPD LDII Provinsi Jatim melalui Biro Pemberdayaan Wanita dan Kesejahteraan Keluarga menggagas sebuah seminar bertemakan “Selamatkan Anak Kita dari Pornografi Menjadi Generus Berprestasi”.  Seminar diselenggarakan pada hari Minggu, (24/07) bertempat di Aula Pondok Pesantren Sabilurrosyidin, Gayungan, Surabaya.

Peserta yang hadir adalah ibu-ibu utusan DPD LDII Kabupaten/kota se-Jawa Timur, istri pengurus DPW LDII Provinsi Jawa Timur, pengurus wanita DPW LDII Provinsi Jawa Timur, serta para istri ulama LDII di Surabaya.

Pemateri Seminar Wanita DPW LDII Jawa Timur 2011

Seminar ini menghadirkan tiga pembicara antara lain Ir. Hj. Urifah M.Si dari Badan Pemberdayaan Perempuan Pemprov Jawa Timur, Dra Hj. Sri Kartini dari Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPW LDII Provinsi Jawa Timur, serta Dra. Astrid Regina Sapiie Wiratna seorang psikolog sekaligus dosen luar biasa Psikologi di beberapa universitas di Surabaya.

Dalam sambutannya Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Timur, Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc, yang juga Ketua DPP LDII mengatakan acara seminar wanita merupakan salah satu kegiatan yang menjadi primadona di DPW LDII Provinsi Jawa Timur. Ibu-ibu bisa mendapat berbagai pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan keluarga, dengan demikian, membentuk generasi yang berakhlaqul karimah menjadi lebih mudah.

“Peran ibu, dalam pembentukan generasi muda yang memiliki keimanan, ketaqwaan, dan akhlak yang luhur sangatlah strategis. Itulah yang membuat acara ini selalu ditunggu oleh warga LDII,” kata Chriswanto. Menurut Chriswanto, dalam banyak seminar disebutkan bahwa pendidik utama adalah orang tua. Namun, di Indonesia orang tua tidak disiapkan untuk mendidik. Lebih sering menggunakan emosi saat menghadapi anak, dan bukan mendidik dengan cara yang baik.

Keluarga menjadi salah satu tiang utama dalam pembentukan generasi LDII yang profesional religius. Karena di dalam keluarga, mula-mula ditanamkan rasa taqwa, kemandirian, dan budi pekerti. Maka orangtua berperan sangat strategis, untuk menanamkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur hingga pulang sekolah. Dengan demikian, seminar wanita menjadi salah satu acara unggulan untuk menambah wawasan dalam membina rumah tangga, di kalangan warga LDII. Para pembicara adalah tokoh wanita di tingkat nasional maupun Jawa Timur, yang kompeten di bidangnya. Hasil dari seminar, ditularkan kepada ibu-ibu lainnya, di pengajian-pengajian pada pertemuan berikutnya oleh ibu-ibu yang menghadiri acara ini.

Pembicara Seminar Wanita DPW LDII Jawa Timur 2011

Dalam kesempatan itu Hj. Urifah mengangkat tema Upaya Pemerintah Dalam Membentengi Masyarakat terhadap Bahaya Pornografi. Menurut Urifah, pornografi layak untuk dibentengi karena berdasarkan survei terdapat 420 juta halaman pornografi beredar di internet, di antaranya terdapat 100.000 situs pornografi anak. Berdasarkan usia pengakses pornografi, 80% dari anak usia 15-17 tahun telah mengakses pornografi.

Industri pornografi juga kian cerdik dalam memperluas pasar. Mereka memanfaatkan, bukan hanya komputer yang terhubung dengan internet, namun juga handphone. Komunikasi yang mempertontonkan bagian tubuh atau perilaku seksual manusia untuk membangkitkan dorongan seksual bisa diakses dengan mudah melalui foto, kartun, sms, tulisan, film, video, sinetron, suara, bahkan lagu.

Menurut Astrid, pornografi kerap tidak secara vulgar ditampilkan di televisi, namun adegan seperti ciuman dan pelukan yang ditampilkan dalam porsi besar, yang membangkitkan hasrat seks dapat dikategorikan dalam pornografi. Menurutnya, tampilan Melinda Dee yang ditonjolkan dadanya dengan pose tertentu, merupakan salah satu bentuk pornografi. Paparan pornografi yang terus menerus ini berakibat buruk kepada anak-anak.

Beberapa Peserta Seminar Wanita DPW LDII Jawa Timur 2011

Hasrat seksual adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia. Hasrat ini bahaya apabila timbul saat manusia masih usia anak-anak, lantaran belum waktunya. Hasrat seksual yang sejak dini muncul akan merusak masa depan anak.

“Dampaknya, kendali diri melemah, kebutuhan seksual akan sulit terpuaskan secara normal, bahkan mengakibatkan kecanduan. Dalam masyarakat akan sering dijumpai kehamilan di luar nikah dan tingkat perceraian yang tinggi,” kata Astrid. Hal ini kian buruk bila menimpa anak-anak. Mereka menjadi penikmat pornografi bahkan seks di usia dini, mereka menjadi korban sekaligus alat. Yang merusak otak mereka dan membuat masa depan mereka menjadi suram.

Dalam kesempatan itu, Sri Kartini memaparkan dekadensi moral yang dialami remaja, yang diakibatkan pornografi, dipengaruhi pula oleh pergaulan, “Banyak kawan merupakan prestasi, namun pengaruh buruk juga datang dari pergaulan. Untuk itu orangtua bisa memulai membatasi pergaulan dengan mempercayakan beberapa tanggung jawab rumah kepada anak, agar mereka mengurangi keluyuran,” pungkas Sri Kartini.

Selanjutnya, beri mereka pendidikan yang baik, “Agar anak memperoleh pendidikan yang bagus, sekolahkan mereka di sekolah yang bermutu,” sambung Sri Kartini. Bahkan, ketika mereka telah menyelesaikan sekolah dan ingin lanjut ke perguruan tinggi, orangtua harus berperan mengarahkan anak, untuk memilih jurusan sesuai dengan bakat, minat, dan kesenangannya. Sebaliknya, waktu luang yang dimiliki orangtua, dapat dimaksimalkan untuk memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada anak-anak.

Soal pacaran, menurut Sri Kartini, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan, “Kenyataan selalu tak sesuai dengan harapan, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Lagipula kehangatan selama pacaran tak bisa dinikmati selamanya. Inilah yang harus ditegaskan kepada anak-anak,” ujar Sri Kartini. Nasehat ini harus disampaikan dengan tegas dan seimbang. Tegas dalam hal hukum dan seimbang dalam hal pengawasan dengan kebebasan.

Dari seminar ini diharapkan para orang tua terutama ibu memiliki bekal kemampuan dalam mendidik anak. Mampu mengawasi perkembangan anak, agar tidak mudah terpapar pornografi. Dengan demikian harapan terbentuknya generasi penerus yang berkualitas bisa terwujud.

About masali

Check Also

TASYAKURAN HARI BHAYANGKARA KE-78, POLRES SUMENEP UNDANG MUI, NU, MUHAMMADIYAH DAN LDII

Polres Sumenep merayakan Hari Bhayangkara ke-78 dengan meriah dalam sebuah acara tasyakuran yang digelar di …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *